Senja di Bukit Cinta, Romantika Alam dan Kehangatan Kupang

 

Bukit Cinta seolah menjadi tempat pelarian bagi siapa pun yang merindukan ketenangan di tengah rutinitas kota. Dari atas bukit, mata memandang lepas ke arah cakrawala, menyapu garis pantai Kupang dan langit luas yang setiap sore berubah warna menjadi lukisan hidup.

Bukit Cinta bukanlah tempat wisata mewah dengan fasilitas lengkap atau tiket masuk mahal. Tak ada gerbang besar atau loket penjualan tiket. Pengunjung cukup membayar parkir kendaraan—sekitar Rp4.000 untuk motor dan Rp10.000 untuk mobil—dan selebihnya adalah pengalaman yang tak ternilai. Jalan aspal melintasi sisi bukit memudahkan akses, baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum yang melalui rute Kupang–Penfui.

Seiring waktu, Bukit Cinta menjadi tempat yang akrab bagi masyarakat lokal, terutama anak-anak muda. Sore hari adalah waktu favorit. Saat matahari mulai condong ke barat, orang-orang datang membawa tikar, minuman ringan, atau sekadar diri mereka sendiri untuk menyambut senja. Di sinilah Bukit Cinta menunjukkan pesona terbaiknya. Langit perlahan berubah dari biru ke jingga, lalu merah lembayung, menciptakan pemandangan yang menghipnotis siapa pun yang menatapnya. Siluet orang-orang yang duduk di rerumputan, bergandengan tangan, atau bercengkerama dalam tawa pelan, berpadu dengan cahaya lembut senja menciptakan atmosfer yang romantis dan damai.

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Selain pemandangan alam yang luar biasa, Bukit Cinta juga menyimpan jejak sejarah. Tersembunyi di balik semak dan rerumputan, terdapat gua-gua kecil peninggalan masa kolonial. Beberapa warga meyakini bahwa gua tersebut dulunya digunakan sebagai tempat persembunyian pasukan Jepang atau Belanda di masa perang. Kini, tempat itu menjadi titik eksplorasi ringan bagi para pengunjung yang ingin menikmati sisi lain dari bukit ini.

Padang rumput yang luas juga sering dimanfaatkan sebagai tempat olahraga ringan. Banyak yang datang pagi hari untuk jogging atau jalan santai. Di akhir pekan, terlihat keluarga membawa anak-anak bermain, sepasang kekasih berfoto dengan latar belakang kota, dan remaja yang menggelar tikar sambil mendengarkan musik dari speaker portabel. Aktivitas sederhana itu terasa begitu bermakna di tempat ini, seakan Bukit Cinta bukan sekadar tempat untuk melihat, tetapi untuk merasakan.

Meskipun belum memiliki fasilitas wisata lengkap seperti toilet umum atau warung makan permanen, Bukit Cinta tetap mampu memberi kesan yang mendalam. Pengunjung disarankan membawa air minum dan makanan ringan sendiri, serta tentu saja menjaga kebersihan. Keindahan tempat ini sangat tergantung pada kepedulian kita bersama.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *